Kesimpulan yang saya dapatkan pada modul 1.4 mengenai peran saya dalam menciptakan budaya positif di sekolah adalah peran saya di sekolah adalah sebagai guru pendidikan agama islam. Sebagai guru PAI saya akan menerapkan keyakinan kelas yang telah saya sepakati bersama peserta didik dan guru kelas.
Diharapkan dengan keyakinan kelas berlaku di kelas, saya dapat menciptakan budaya positif. Saya yakin dengan keyakinan kelas yang membudaya di kelas akan memuluskan tercapainya visi saya sebaga guru penggerak. Tentunya untuk mencapai visi saya, saya harus berkolaborasi dengan kepala sekolah, rekan guru, dan peserta didik karena hal tersebut merupakan peran saya sebagai guru penggerak. Hal yang paling penting juga diterapkan dalam menciptakan budaya positif di kelas adalah diterapkannya nilai guru penggerak yakni berpihak pada peserta didik. Hal ini sejalan dengan filosofi pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara yakni menuntun peserta didik sesuai dengan kodratnya. Budaya positif yang dibangun akan memuat restitusi sebagai bentuk pendisiplinan peserta didik yang sifatnya konstruktif dengan menggunakan langkah segitiga restitusi.
Pemahaman saya terkait konsep-konsep inti pada modul ini adalah sebagai berikut:
1. Disiplin positif: saya memahami bahwa disiplin postif adalah sebagai bentuk kontrol diri seseorang untuk mencapai tujuan mulia yang diyakini. Tujuan mulia disini adalah nilai-nilai universal yang disepakati oleh semua orang meski berbeda agama, suku, ras dan warna kulit. Awalnya saya merasa bingung dengan penjelasan konsep disiplin pada modul karena tidak sesuai dengan persepsi saya selama ini.
2. Teori control: saya memahami bahwa teori kontrol memberikan persepsi baru dalam dunia pendidikan. Segala bentuk perilaku murid baik positif maupun negatif pasti memiliki tujuan yang mendasarinya. Teori kontrol juga menjelaskan bahwa kita tidak bisa mengontrol orang lain tetapi kita bisa melihat pandangan orang lain terhadap sesuatu. Teori kontrol ini bisa digunakan guru dalam proses mendisplinkan murid. Teori kontrol membuat saya merasa percaya diri dalam menciptkan budaya positif.
3. Teori motivasi: saya memahami bahwa ada tiga hal yang menjadi dasar manusia dalam melakukan sesuatu antara lain: berbuat sesuatu karena untuk menghindari hukuman, menerima imbalan, dan untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya. Motivasi ketiga merupakan motivasi yang bersumber dari dalam diri seseorang yang diharapkan muncul pada diri murid dalam melakukan sesuatu. Teori ini membuat pikiran saya membayangkan perilaku peserta didik selama ini. Saya mulai mengevaluasi motivasi dari perilaku peserta didik saya selama ini.
4. Hukuman dan penghargaan: saya memahami bahwa hukuman dan penghargaan tidak efektif mendisiplinkan siswa karena pengaruhnya hanya bersifat sementara karena tidak muncul dari dalam diri murid.
5. posisi kontrol guru: saya memahami bahwa ada lima hal yang menjadi posisi guru dalam mendisiplinkan murid antara lain: Guru sebagai penghukum, pemberi rasa bersalah, teman, pemantau dan sebagai manager. Pada zaman sekarang, diharapkan guru menggunakan posisi pemantau atau manager dalam mendisiplinakan murid.
6. Kebutuhan dasar manusia: saya memahami bahwa ada lima kebutuhan dasar manusia antara lain : Bertahan hidup, penguasaan, dicintai dan diteriama, kebebasan, dan kesenangan. Dengan mengetahui kebutuhan dasar manusia, guru bisa memahami kebutuhan yang berusaha dipenuhi oleh muridnya sehingga guru bisa memperlakukan muridnya dengan bijak.
7. keyakinan kelas: saya memahami bahwa keyakinan kelas merupakan kumpulan beberapa nilai-nilai universal yang disepakati oleh seluruh warga sekolah atau kelas yang sebelumnya dibahas bersama untuk disepekati dan dijalankan dengan baik.
8. segitiga restitusi: saya memahami bahwa segitiga restitusi merupakan tahapan-yahapan dalam melakukan restitusi kepada peserta didik. Ketiga hal tersebut tidak harus dilakukan secara bersamaan. Bisa disesuakan dengan situasi dan kondisi.
Ada bebebrapa hal yang menarik bagi saya terkait konsep – konsep inti pada modul 1.4 yaitu terkait tentang posisi kontrol guru dalam mendisiplinkan murid dan pendekatan restitusi dalam mendisiplinkan peserta didik. Saya rasa kedua hal tersebut sesuatu yang sangat luar biasa bagi saya dalam rangka membuat budaya postif di sekolah.
Setelah membaca materi pada modul 1.4 ini, ada beberapa hal yang membuat cara berpikir saya berubah dalam menciptakan budaya positif disekolah yaitu konsep tentang restitusi dan konsep posisi kontrol. Sebelumnya, dalam menciptakan budaya sekolah saya selalu memposisikan sebagai penghukum, teman, dan pemantau. Saat ini saya sudah mulai menggunakan restitusi dalam menciptakan budaya postif di sekolah
Selanjutnya, Pengalaman yang pernah saya alami terkait penerapan konsep-konsep inti dalam modul budaya positif di lingkup kelas adalah saya membuat keyakinan kelas di kelas 3D, saya melibatkan semua murid dan guru kelas 3D untuk membuat keyakinan kelas yang akan mereka jalankan. Dalam prosesnya, saya melihat murid-murid sangat antusias dan gembira dalam menuliskan pendapatnya kemudian menempelkan di papan tulis. Murid juga berjanji untuk melaksanakan keyakinan kelas dengan baik.
Saya sangat senang dan bahagia karena dalam membuat keyakinan kelas, peserta didik mengutarakan mimpinya terhadap kelasnya saat ini. Hal tersbut juga menyadarkan saya bahwa murid memiliki banyak harapan terhadap kelas yang ditempati sekarang,.
Menyepekati keyakinan kelas yang telah dibuat tersebut adalah sesuatu yang sudah baik dan perlu dipertahankan kedepan sebagai bentuk keterlibatan murid dalam membuat peraturan. Adapun hal yang perlu diperbaiki dalam kegiatan tersebut adalah desain poster keyakinan kelas yang perlu diperbaiki agar tampak unsur keindahan setiap kali murid membacanya.
Sebelum mempelajari modul 1.4, ketika berinteraksi dengan murid, berdasarkan 5 posisi kontrol, posisi pemantau yang paling sering saya pakai. Saat itu, saya merasa senang karena murid bisa memahami kesalahannya meski menjalankan konsekuensi atas perbuatannya. Setelah mempelajari modul 1.4, posisi yang saya pakai adalah manager. Saya merasa senang karena ternyata murid mampu memberikan solusi atas masalah yang mereka hadapi. Perbedaan posisi kontrol tersebut adalah murid memiliki kemampuan berpikir dalam menyelesaikan masalahnya ketika saya menggunakan posisi manager. Dibandingkan dengan posisi pemantau, murid tidak menemukan solusi atas masalah yang ia hadapi.
Sebelum mempelajari modul ini, saya juga pernah menerapkan salah satu sisi segitiga restitusi yaitu validasi kesalahan, saya meminta murid untuk mengungkapkan alasan atas pelanggaran yang dilakukan kemudian saya memberi solusi untuk menyelesaikan masalahnya.
Terakhir, selain konsep-konsep yang disampaikan dalam modul 1.4, ada hal-hal lain yang menurut saya penting untuk dipelajari dalam proses menciptakan budaya positif baik di lingkungan kelas maupun sekolah adalah konsep pembiasaan karena konsep pembiasaan adalah salah satu cara dalam penanaman nilai-nilai postifi pada murid.