Jumat, 21 Oktober 2022

Keputusan Berdasarkan End-Base Thinking



Pak Aswal mewawancarai dua kepala sekolah untuk mengetahui cara pengambilan keputusan mereka yang terkait masalah yang mengandung dilema etika atau bujukan moral. Kepala sekolah yang pertama diwawancarai adalah kepala sekolah UPT SPF SD Inpres Paccerakkang, Muhammad Yunus Sunusi. Kedua, Kepala Sekolah TK Islam Terpadu Al-Kautsar, Nur Amaliah A. P.

Pak Aswal menemukan beberapa hal yang menarik dalam wawancara dengan kedua pimpinan sekolah tersebut. Dalam wawancara tersebut, pimpinan menjelaskan secara detail bagaimana mereka memtuskan masalah yang mengandung dilema etika sehingga Pak Aswal merasa bersemangat untuk menggali lebih mendalam pengalaman keduan pimpinan tersebut.

Muncul pertanyaan yang masih mengganjal dalam benak Pak Aswal setelah mewawancarai kedua pimpinan tersebut. Pertanyaan tersebut adalah hal apa yang mendasari kedua pimpinan tersebut menjadikan pendapat bawahan mereka sebagai hal efektif dalam pengambilan keputusan mereka. Apabila merujuk pada 3 prinsip pengambilan keputusan maka kedua pimpinan tersebut menggunakan prinsip berpikir berbasis hasil akhir atau End-Based Thinking dimana keputusan yang diambil kedua pimpinan tersebut mengedepankan kepentingan banyak orang.

Selanjutnya, Pak Aswal menganalisis sesuatu yang menonjol dari kedua pimpinan tersebut. Ternyata Pak Aswal mendapati bahwa kedua pimpinan tersebut sama-sama menonjol dalam menerapkan prinsip pengambilan End-Based Thinking yaitu mereka selalu memikirkan konsekuensi untuk banyak orang. Selain itu, Pak Aswal menemukan bahwa kedua pimpinan tersebut selalu diperhadapkan pada paradigma dilema etika kebenaran melawan rasa kasihan (justice vs mercy). Ini ini terjadi karena hasil akhir dari keputusan mereka kadang mengabaikan peraturan sekolah yang berlaku.

Terkait dengan rencana kedepan kedua pimpinan ketika menghadapi kasus dilema etika, Pak aswal menemukan bahwa mereka akan meminta saran dan pertimbangan dari guru-guru mereka ketika menghadapi kasus dilema etika. Pak Aswal memahami bahwa kedua pimpinan mengukur atau menguji efektifitas keputusan mereka berdasarkan kepentingan orang banyak. Ketika keputusan sudah memberikan kebaikan untuk orang banyak maka hal tersebutlah yang akan menjadi prioritas mereka. Berdasarkan wawancara dengan kedua pimpinan tersebut, Pak Aswal menemukan banyak pelajaran yang berkaitan dengan pengambilan keputusan dilema etika atau bujukan moral yang ada dilingkungan sekolah sehingga Pak Aswal berencana untuk selalu menggunakan sembilan langkah pengujian pengambilan keputusan sebelum menetapkan keputusaan. Pak Aswal menganggap bahwa keputusan yang diuji dengan sembilan langkah akan mengasilkan keputusan yang terbaik bagi peserta didik, rekan guru, dan lingkungan sekolah.

Senin, 10 Oktober 2022

Coaching untuk Supervisi Akademik



Modul dengan judul Coaching untuk supervisi akademik sangat berarti buat saya karena memberikan saya pengetahuan bagaimana melakukan supervisi akademik dengan memunculkan potensi diri cochee. Coaching dengan metode alur TIRTA memberikan kemudahan kepada saya untuk melakukan praktek coaching.

Pada saat sesi ruang kolaborasi, kami diminta fasilitator untuk latihan coaching dengan teman. Saya merasa tidak percaya diri karena belum pernah menjadi coach. Pada saat berlangsung latihan, saya selalu memperhatikan alur TIRTA sehingga saya merasa bisa melakukan coaching. Setelah latihan tersebut, saya mulai percaya diri untuk melakukan coaching dengan alur TIRTA.

www.coachingindonesia.com

Berdasarkan hasil latihan dan praktek coaching, saya merasa masih perlu meningkatkan salah satu kompetensi coaching saya yaitu mengajukan pertanyaan berbobot. Hal ini perlu saya lakukan karena saya masih belum memiliki banyak pertanyaan berbobot dalam latihan dan praktek yang saya lakukan dengan teman.

Selanjutnya, coaching supervisi akademik akan memberikan manfaat yang banyak kepada para guru karena mereka dihadapi secara pribadi oleh superviser sehingga mereka tidak merasa canggung ketika berpendapat. Biasanya, ketika melakukan supervisi akademik secara kelompok, ada beberapa guru merasa canggung untuk menyampaikan tanggapannya di depan orang banyak. Berkaitan dengan hal tersebut, muncul dalam pikiran saya bahwa apabila kepala sekolah hendak mensupervisi gurunya dengan metode coaching maka diperlukan waktu yang banyak. Apakah hal ini akan efektif? mengingat membutuhkan waktu yang banyak. Secara pribadi, coaching akan lebih bermakna walau membutuhkan waktu yang banyak daripada melakukan supervisi akademik tanpa perbaikan kinerja dari guru.

Tantangan yang akan saya hadapi ketika hendak melakukan coaching adalah munculnya rasa canggung melakukan coaching pada guru senior mengingat mereka sudah lama menjadi guru. Hal ini bisa diatasi dengan melakukan komunikasi yang efektif dengan guru senior tentang tujuan dari coaching supervisi akademik. Saya yakin guru senior akan memaklumi dan siap berkolaborasi.

Sebelum mengenal metode coaching dalam supervisi akademik, supervisi yang saya lakukan bersama dengan pengawas adalah dengan memeriksa hasil kinerja saya sehingga membuat saya merasa tegang. Bahkan saya selalu berharap pengawas tidak datang ke sekolah untuk melakukan supervisi. Saya meras supervisi akademik seperti ini tidak bisa meningkatkan kinerja guru.

Penerapan coaching pada masa akan datang adalah saya akan menjadikan coaching bagian dari proses saya untuk membina peserta didik dan menjadi bagian dari proses saya untuk berkolaborasi dengan rekan guru. Saya akan melakukan coaching pada peserta didik yang memerlukan bimbingan. Saya juga akan melakukan coaching dengan rekan guru dalam rangka meningkatkan kompetensi.

Coaching pada peserta didik merupakan proses guru untuk menuntun peserta didik untuk mengembangkan potensi peserta didik sesuai dengan filosopi Ki Hadjar Dewantara bahwa peran guru adalah menuntun peserta didik sesuai dengan kodranya. Selain itu, dengan coaching, peserta didik akan mengembangkan keterampilan sosial emosionalnya yaitu munculnya kesadaran diri, kesadaran sosial, menejemen diri, dan mengambil keputusan yang bertanggung jawab. Jika saya sudah terbiasa melakukan coaching dengan peserta didik maka saya akan dengan mudah mengetahui kebutuhan belajar peserta didik saya sehingga saya mempu melakukan pembelajaran berdiferensiasi untuk memksimalkan proses pembelajaran.

Adhitya Dwi Putra dalam jurnalnya yang berjudul Penerapan Coaching untuk Meningkatkan Kompetensi Kepala Sekolah dalam Supervisi Akademik menyampaikan bahwa coaching yang dilakukan kepala sekolah dalam rangka melakukan supervisi akademik pada gurunya akan meningkatkan kinerja guru sehingga bisa meningkatkan hasil belajar peserta didik. Hal ini memberikan penguatan bahwa pentingnya metode coaching dalam supervisi akademik.

Sumber:

Putra, A. D. PENERAPAN COACHING UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH DALAM SUPERVISI AKADEMIK.

Sabtu, 17 September 2022

Membuat Keyakinan Kelas


Pendidikan merupakan suatu usaha yang bertujuan untuk memanusiakan manusia. Oleh karena itu, pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang harus dipenuhi oleh manusia untuk meningkatkan derajatnya. Lingkungan Pendidikan yakni pendidikan formanl, nonformal dan informal memiliki tanggung jawa untuk mewujudkan tujuan tersebut. Pendidikan yang diselengarakan harus memiliki startegi-strategi terbaik untuk mencapai tujuan. Pada pendidikan formal, guru selalu disuguhkan dengan pengembangan kompetensi yang bisa digunakan dalam mendidik siswanya. Hal ini biasa dilakukan setiap bulan pada komunitas guru masing-masing satuan pendidikan. Satuan pendidikan harus memiliki budaya positif untuk mengembangkan kompetensi afektif, pengetahuan, dan keterampialan siswanya. Salah satu hal yang bisa dilakukan untuk menciptakan budaya positif adalah membuat keyakinan kelas. Pada kesempatan ini, saya akan fokus membahas bagaimana membuat keyakina kelas di kelas saya dan apa saja hambatan yang saya hadapi dalam mebuat keyakinan kelas.

Keyakinan kelas adalah salah satu pendekatan untuk menciptakan budaya positif dilingkungan kelas atau sekolah. Keyakian kelas yang disepakati aberisi nilai-nilai universal yang harus dimiliki oleh setiap manusia. Keyakinan kelas yang terbentuk merupakan hasil kesadaran diri siswa yang muncul dari dala diri siswa.

Adapun langkah-langkah untuk membuat keyakinan kelas di kelas saya terdiri dari tahap perencanan, tahap pelaksanaan, dan tahap penutupan.

Pada tahap perencanaan, saya berkomunikasi dengan wali kelas untuk membuat keyakinan kelas untuk menyepakati waktu yang terbaik untuk membuat keyakinan kelas bersama dengan siswa. Setelah itu, saya menyiapkan alat dan bahan seperti karton, stiky note, dan spidol. Dan saya membuat perencanaan langkah-langkah dalam membuat keyakinan kelas.

Pada tahap pelaksanaan, pada awal pembelajaran siswa diminta untuk berdoa sebeum dimulai membuat keyakina kelas. Setelah itu, guru menyampaikan tujuan kegiatan kepada peserta didik yaitu membuat keyakinan kelas bersama. Selanjutnya, saya meminta siswa untuk menuliskan kelas impian yang mereka inginkan di stiky note. Apabila sudah selesai siswa diminta untuk menempelkan di papan tulis. Selanjutnya, saya membaca satu persatu impian siswa yang sudah tertempel di papan tulis. Siswa merasa bangga dibacakan impiannya. Selanjutnya, saya menarik kebajikan-kebajikan universal yang ada dalam setiap impian siswa. Ternyata muncul 9 nilai-nilai universal yang yang berasal dari impian kelas siswa. Selanjutnya, saya kompres menjadi 7 nilai-nilai universal karena menurut teori bahwa keyakinan kelas yang dibuat hendahnya terdiri dari 3 sampai 7 poin agar mudah diingat. Setelah itu, saya membuatkan pernyataan positif dari nilai-nilai universal yang telah dibuat sehingga jadilah keyakinan kelas. Langkah terakhir adalah saya meminta semua siswa kelas untuk maju kedepan untuk menulisakn nama atau bertanda tangan sebagai bentuk komitmen dalam menjalan keyakinan kelas tersebut.

Pada tahap penutup, saya bersama siswa membaca keyakinan kelas yang telah dibuat bersama dan membuat keyakinan bersama akan selalu mengingat dan mengimplementasikan keyakinan kelas yang telah dibuat.

Setelah membentuk keyakinan kelas, maka tugas guru adalah selalu mengingatkan siswa. Ketika siswa melanggar maka guru bisa mengingatkan kembalikeyakinan kelas yang telah disepakati

Ada beberapa kendala yang saya hadapi dalam membuat keyakinan kelas antara lain: kurangnya kosakata siswa dalam membuat impian kelasnya. Akhirnya, saya membantu mereka dengan menyebutkan contoh-contoh impian kelas yang biasa diinginkan oleh siswa kelas tiga. Dari segi bahan yang saya sediakan. Ternyata karton yang saya sediakan tidak cukup lebar sehingga tulisan keyakinan kelas terlihat kecil. Wali kelas pun berinisiatif untuk menggantinya dengan yang lebih besar.

Selanjutnya, saya memperhatikan bahwa Keyakinan kelas yang telah yang telah kami buat disepekati bersama memberikan pemahaman kepada siswa tentang hal-hal yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan di kelas. Saya merasa bangga melihat perubahan yang terjadi siswa saja. Saya juga merasa percaya diri dalam proses pembelajaran karena saya bisa mengatur kelas dengan baik setelah terbentuknya keyakinan kelas. Setiap ada siswa yang melanggar saya selalu mengingatkan mereka tentang keyakinan kelas yang telah mereka sepekati.

Harapan saya kedepan adalah semua teman guru bisa membuat kesepakatan keyakinan kelas di kelasnya masing-masing untuk menciptakan siswa yang memiliki perilaku yang positif berdasarkan keyakinan kelas yang telah mereka sepekati.

Jumat, 09 September 2022

Pembelajaran Berdiferensiasi Berpihak pada Peserta Didik









Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang direncanakan dengan baik oleh guru untuk memenuhi kebutuhan belajar peserta didik. Pembelajaran berdiferensiasi bisa dilakukan dikelas dengan menggunakan beberapa strategi. Antara lain strategi diferensiasi konten, diferensiasi proses, dan diferensiasi produk. Ketigal hal tersebut bisa dipilih salah satunya sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik.

Pembelajaran berdiferensiasi dapat memenuhi kebutuhan belajar murid dan membantu mencapai hasil belajar yang optimal dengan cara guru mematakan lebih awal kebutuhan belajar peserta didik melalui observasi, pengamatan dalam kegiatan pembelajaran, melaksanakan asesmen diagnostik, melihat rapor tahun ajaran yang lalu, dan kegiatan lain yang bisa mendeteksi kebutuhan belajar peserta didik. Dari usaha tersebut, guru diharapkan mampu menemukan kebutuhan belajar peserta didik dari segi kesedian belajar, minat dan profil belajar peserta didik. Setelah guru menemukan kebutuhan belajar peserta didik, guru selanjutnya memetakan kebutuhan belajar murid untuk dikategorikan. hasil pemetaan kebutuhan belajar tersebut menjadi acuan guru dalam melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi.

Konsep pembelajaran berdiferensiasi ini sangat erat kaitannya dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang tugas guru yakni menuntun peserta didik sesuai dengan kodrat atau potensi yang dimiliki peserta didik. Pembelajaran berdiferensiasi yang direncanakan dan dilaksanakan oleh guru menuntun peserta didik untuk belajar sesuai dengan kodratnya atau kebutuhan belajarnya. Selain itu, Pembelajaran berdiferensiasi ini akan membuat peserta didik bahagia dalam belajar karena pembelajaran dirancang sesuai dengan bakat dan minat mereka.

Selanjutnya, salah satu nilai guru penggerak yang paling menonjol dalam pembelajaran berdiferensiasi adalah inovatif. Guru menjadi inovatif karena berusaha menemukan cara baru yang dalam pembelajaran berusaha mengkaper kebutuhan belajar peserta didik. Pembelajaran diferensiasi tidak akan berhasil kalau tidak ada inovasi dari guru. Selain itu, salah satu peran guru penggerak adalah berpihak kepada peserta didik. Hal ini tentunya sangat erat dengan pembelajaran berdiferensiasi karena berpihak pada peserta didik yakni pembelajaran berdiferensiasi berusah untuk mememenuhi kebutuhan belajar peserta didik.

Pembelajaran berdiferensiasi ini merupakan salah satu jalan yang ditempuh untuk mewujudkan visi guru penggerak yakni mewujudkan peserta didik yang memiliki profil belajar Pancasila, salah satunya adalah bernalar kritis. Diharapkan dengan pembelajaran berdiferensiasi, peserta didik bisa menjadi pribadi yang kritis karena pembelajaran telah berusaha memenuhi kebutuhan belajar peserta didik. Pemenuhan kebutuhan belajar tersebut memberikan potensi kepada peserta didik untuk berpikir kritis.

Salah satu karakteristik berhasilnya proses pembelajaran berdiferensiasi adalah kemampuan guru dalam menejeman kelas dengan baik. Untuk membangaun menejemn kelas yang baik maka diperlukan keyakinan kelas yang telah disepakati bersama oleh anggota kelas. Apabila dalam proses pembelajaran, ada peserta didik yang melanggar maka guru bisa melakukan pendisiplinan peserta didik menggunakan metode restitusi untuk membangun kompetensi peserta didik dalam memecahkan masalahnya sendiri.


Senin, 29 Agustus 2022

Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.4 Budaya Positif



Kesimpulan yang saya dapatkan pada modul 1.4 mengenai peran saya dalam menciptakan budaya positif di sekolah adalah peran saya di sekolah adalah sebagai guru pendidikan agama islam. Sebagai guru PAI saya akan menerapkan keyakinan kelas yang telah saya sepakati bersama peserta didik dan guru kelas.

Diharapkan dengan keyakinan kelas berlaku di kelas, saya dapat menciptakan budaya positif. Saya yakin dengan keyakinan kelas yang membudaya di kelas akan memuluskan tercapainya visi saya sebaga guru penggerak. Tentunya untuk mencapai visi saya, saya harus berkolaborasi dengan kepala sekolah, rekan guru, dan peserta didik karena hal tersebut merupakan peran saya sebagai guru penggerak. Hal yang paling penting juga diterapkan dalam menciptakan budaya positif di kelas adalah diterapkannya nilai guru penggerak yakni berpihak pada peserta didik. Hal ini sejalan dengan filosofi pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara yakni menuntun peserta didik sesuai dengan kodratnya. Budaya positif yang dibangun akan memuat restitusi sebagai bentuk pendisiplinan peserta didik yang sifatnya konstruktif dengan menggunakan langkah segitiga restitusi.

Pemahaman saya terkait konsep-konsep inti pada modul ini adalah sebagai berikut:

1. Disiplin positif: saya memahami bahwa disiplin postif adalah sebagai bentuk kontrol diri seseorang untuk mencapai tujuan mulia yang diyakini. Tujuan mulia disini adalah nilai-nilai universal yang disepakati oleh semua orang meski berbeda agama, suku, ras dan warna kulit. Awalnya saya merasa bingung dengan penjelasan konsep disiplin pada modul karena tidak sesuai dengan persepsi saya selama ini.

2. Teori control: saya memahami bahwa teori kontrol memberikan persepsi baru dalam dunia pendidikan. Segala bentuk perilaku murid baik positif maupun negatif pasti memiliki tujuan yang mendasarinya. Teori kontrol juga menjelaskan bahwa kita tidak bisa mengontrol orang lain tetapi kita bisa melihat pandangan orang lain terhadap sesuatu. Teori kontrol ini bisa digunakan guru dalam proses mendisplinkan murid. Teori kontrol membuat saya merasa percaya diri dalam menciptkan budaya positif.

3. Teori motivasi: saya memahami bahwa ada tiga hal yang menjadi dasar manusia dalam melakukan sesuatu antara lain: berbuat sesuatu karena untuk menghindari hukuman, menerima imbalan, dan untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya. Motivasi ketiga merupakan motivasi yang bersumber dari dalam diri seseorang yang diharapkan muncul pada diri murid dalam melakukan sesuatu. Teori ini membuat pikiran saya membayangkan perilaku peserta didik selama ini. Saya mulai mengevaluasi motivasi dari perilaku peserta didik saya selama ini.

4. Hukuman dan penghargaan: saya memahami bahwa hukuman dan penghargaan tidak efektif mendisiplinkan siswa karena pengaruhnya hanya bersifat sementara karena tidak muncul dari dalam diri murid.

5. posisi kontrol guru: saya memahami bahwa ada lima hal yang menjadi posisi guru dalam mendisiplinkan murid antara lain: Guru sebagai penghukum, pemberi rasa bersalah, teman, pemantau dan sebagai manager. Pada zaman sekarang, diharapkan guru menggunakan posisi pemantau atau manager dalam mendisiplinakan murid.

6. Kebutuhan dasar manusia: saya memahami bahwa ada lima kebutuhan dasar manusia antara lain : Bertahan hidup, penguasaan, dicintai dan diteriama, kebebasan, dan kesenangan. Dengan mengetahui kebutuhan dasar manusia, guru bisa memahami kebutuhan yang berusaha dipenuhi oleh muridnya sehingga guru bisa memperlakukan muridnya dengan bijak.

7. keyakinan kelas: saya memahami bahwa keyakinan kelas merupakan kumpulan beberapa nilai-nilai universal yang disepakati oleh seluruh warga sekolah atau kelas yang sebelumnya dibahas bersama untuk disepekati dan dijalankan dengan baik.

8. segitiga restitusi: saya memahami bahwa segitiga restitusi merupakan tahapan-yahapan dalam melakukan restitusi kepada peserta didik. Ketiga hal tersebut tidak harus dilakukan secara bersamaan. Bisa disesuakan dengan situasi dan kondisi.

Ada bebebrapa hal yang menarik bagi saya terkait konsep – konsep inti pada modul 1.4 yaitu terkait tentang posisi kontrol guru dalam mendisiplinkan murid dan pendekatan restitusi dalam mendisiplinkan peserta didik. Saya rasa kedua hal tersebut sesuatu yang sangat luar biasa bagi saya dalam rangka membuat budaya postif di sekolah.

Setelah membaca materi pada modul 1.4 ini, ada beberapa hal yang membuat cara berpikir saya berubah dalam menciptakan budaya positif disekolah yaitu konsep tentang restitusi dan konsep posisi kontrol. Sebelumnya, dalam menciptakan budaya sekolah saya selalu memposisikan sebagai penghukum, teman, dan pemantau. Saat ini saya sudah mulai menggunakan restitusi dalam menciptakan budaya postif di sekolah

Selanjutnya, Pengalaman yang pernah saya alami terkait penerapan konsep-konsep inti dalam modul budaya positif di lingkup kelas adalah saya membuat keyakinan kelas di kelas 3D, saya melibatkan semua murid dan guru kelas 3D untuk membuat keyakinan kelas yang akan mereka jalankan. Dalam prosesnya, saya melihat murid-murid sangat antusias dan gembira dalam menuliskan pendapatnya kemudian menempelkan di papan tulis. Murid juga berjanji untuk melaksanakan keyakinan kelas dengan baik.

Saya sangat senang dan bahagia karena dalam membuat keyakinan kelas, peserta didik mengutarakan mimpinya terhadap kelasnya saat ini. Hal tersbut juga menyadarkan saya bahwa murid memiliki banyak harapan terhadap kelas yang ditempati sekarang,.

Menyepekati keyakinan kelas yang telah dibuat tersebut adalah sesuatu yang sudah baik dan perlu dipertahankan kedepan sebagai bentuk keterlibatan murid dalam membuat peraturan. Adapun hal yang perlu diperbaiki dalam kegiatan tersebut adalah desain poster keyakinan kelas yang perlu diperbaiki agar tampak unsur keindahan setiap kali murid membacanya.

Sebelum mempelajari modul 1.4, ketika berinteraksi dengan murid, berdasarkan 5 posisi kontrol, posisi pemantau yang paling sering saya pakai. Saat itu, saya merasa senang karena murid bisa memahami kesalahannya meski menjalankan konsekuensi atas perbuatannya. Setelah mempelajari modul 1.4, posisi yang saya pakai adalah manager. Saya merasa senang karena ternyata murid mampu memberikan solusi atas masalah yang mereka hadapi. Perbedaan posisi kontrol tersebut adalah murid memiliki kemampuan berpikir dalam menyelesaikan masalahnya ketika saya menggunakan posisi manager. Dibandingkan dengan posisi pemantau, murid tidak menemukan solusi atas masalah yang ia hadapi.

Sebelum mempelajari modul ini, saya juga pernah menerapkan salah satu sisi segitiga restitusi yaitu validasi kesalahan, saya meminta murid untuk mengungkapkan alasan atas pelanggaran yang dilakukan kemudian saya memberi solusi untuk menyelesaikan masalahnya.

Terakhir, selain konsep-konsep yang disampaikan dalam modul 1.4, ada hal-hal lain yang menurut saya penting untuk dipelajari dalam proses menciptakan budaya positif baik di lingkungan kelas maupun sekolah adalah konsep pembiasaan karena konsep pembiasaan adalah salah satu cara dalam penanaman nilai-nilai postifi pada murid.

Jumat, 19 Juni 2020

Download KI-KD Jenjang SD-SMA Menurut Permendikbud No. 37 Tahun 2018

KI-KD pada kurikulum 2013 sudah mengalami perubahan. dan perubahan itu tertuang dalam Permendikbud No 37 Tahun 2018. silahkan download disini

Analisis KKM PAI-BP Kelas 2 SD Semester 1

KKM adalah singkatan dari Kriteria Ketuntasan Minimal, yakni suatu batasan yang harus dilalui siswa untuk lulus dalam mata pelajaran tertentu. ketika siswa belum bisa melewati KKM yang telah ditetapkan maka siswa akandiberikan remedial atau pembelajaran ulang. Nah pada kesempatan ini, saya akan berbagi format file dokumen analisis KKM Khusus kelas 2 mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kurikulum 2013. silahkan diunduh disini.